TERAPI
BERMAIN
Terapi bermain digunakan sebagai psikoterapi untuk
membantu mereka yang mengalami masalah trauma, keresahan dan masalah mental. Terapi
bermain adalah suatu cara kanak-kanak meluahkan perasaan mereka dan mencari
mekanisme yang dapat membantunya. Terapi bermain dapat membantu anak-anak
belajar berkognisi dan mewujudkan interaksi antara satu sama lain. jika terapi
ini dijalankan dengan cara yang sistematik, ia dapat membantu anak-anak menerka
perasaan mereka, persekitaran dan hubungan mereka dengan lingkungan sosialnya. Terapi
bermain memberikan dampak yang besar pada diri anak-anak karena ia memberi peluang
pada anak-anak untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang tidak memberikan
tekanan mental pada mereka. (Razhiyah, K. A., 2008)
Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan
pendidikan dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh
dilakukan dengan sembarangan.
Berikut adalah beberapa contoh kasus anak bermasalah
yang memerlukan terapi :
·
Anak yang agresif, suka menyerang orang
lain. agresivitas muncul karena gangguan
emosionil yang di derita anak. Mungkin anak dilakukan terlalu keras oleh
orangtuanya sehingga merasa marah dan memberontak
·
Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut
rambutnya sampai botak sebagian atau seluruhnya; menggigit kuku sampai luka-luka;
menahan buang air besar, mengompol walaupun usianya sudah 3 tahun keatas; cemas
atau phobia sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya gangguan kebutuhan
seperti mual, sakit perut, muntah-muntah menjelang pergi ke sekolah.
·
Anak yang sulit bergaul; kurang percaya
diri secara berlebihan sehingga menghambat perkembangannya; anak yang tidak mau
berbicara dengan orang lain selain anggota keluarga yang terdekat (selective mutism). (Tedjasaputra, 2008)
Kegunaan Terapi Bermain
Kegiatan-kegiatan bermain bebas menyebabkan anak
melepaskan tegangan-tegangan emosi dalam situasi yang dikontrol. Bermain dengan
boneka sangat berguna untuk memahami hubungan-hubungan yang dinamik dalam keluarga
sebagaimana dialami anak, dan seringkali memungkinkan anak mengungkapkan
agresi-agresi yang tidak disadari. Bermain dengan bahan-bahan yang menimbulkan
kreasi, seperti tanah liat, sangat berguna dalam diagnosis dan juga dalam
melepaskan tegangan yang dialami anak. Bahan-bahan yang membangkitkan kreasi
juga digunakan pada orang-orang dewasa. (Seminum, 2006)
Macam-macam Bermain :
Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2008) menggolongkan
kegiatan bermain menjadi dua macam, yaitu bermain aktif dan bermain pasif,
berikut adalah penjelasannya:
1. Bermain
Aktif
Kegiatan
bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada
anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan bermain juga dapat
diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau
gerakan-gerakan tubuh.
2. Bermain
Pasif
Perasaan
senang anak diperoleh dari kegiatan orang lain. anak merasa senang dan terhibur
saat melihat permainan. Anak senang melihat anak lain bermain, atau menonton
TV. Anak hanya mengeluarkan sedikit energi namun sudah memperoleh perasaan
senang sama seperti mengeluarkan banyak energi dalam bermain bola. (Gunarsa,2002)
Para ahli cenderung membagi 5 macam bentuk bermain
sesuai perbedaan sumber dan tujuannya (Gunarsa,2002), yaitu:
1. Exploratory Play
Jenis
bermain yang dimotivasikan oleh ketidakpastian mengenai objek dan peristiwa
dalam lingkungan.
a. Pada
tingkat bermain praktis, anak mulai bermain menyelidik apabila ada objek baru
yang menarik perhatian anak.
b. Pada
tingkat dewasa, perilaku menyelidik timbul apabila ada objek baru atau objek
yang kompleks, misalnya puzzle
kata-kata silang. Tujuan permainan menyelidik adalah pengetahuan dan informasi.
Emosi selama kejadian tersebut merupakan perasaan senang.
2. Creative Play
Bentuk
permainan ini lebih kompleks daripada permainan eksplorasi dan membutuhkan
kemampuan simbolisasi serta pengenalan ciri-ciri umum dan fisik dari
rangsangan. Tujuan perbuatan atau perilaku ini adalah upaya mendapatkan
informasi dan pengetahuan, kemudian dipindahkan ke kesenangan untuk dirinya
sendiri.
3. Beraneka
Ragam Permainan
Apabila
timbul kebosanan, maka terjadilah permainan, tanpa interaksi khusus dengan
lingkungan. Terbentuklah berbagai macam gerakan tanpa tujuan nyata, perubahan
beraneka ragam kegiatan. Hal ini terjadi pada setiap umur, mulai dari gerakan
menampilkan kegelisahan sampai ke gerakan memutar tombol TV, mengganti saluran
TV, dan perilaku bermain lainnya.
4. Permainan
Melawak
Permainan
ini dapat merupakan pengulangan-pengulangan, berbentuk dan mempergunakan symbol-simbol.
Tujuan permainan ini berada di luar tugas. Tujuannya adalah agar memperoleh
keahlian dan kecakapan tertentu.
5. Cathartic Play
Permainan
ini menyalurkan segala daya upaya secara bebas dan melepaskan tekanan-tekanan
yang ada pada remaja, misalnya stress. Naik anak kecil, anak sekolah, maupun
remaja dapat melepaskan ketegangan melalui bermain, yang biasanya dikenal
dengan terminology catharsis. Permainan
dapat berbentuk apapun yang mempunyai efek terapeutik dan mengurangi
ketegangan.
Macam-macam
Pendekatan Terapi Bermain
LaBauve, dkk (dalam Zellawati,
2011) menyebutkan macam-macam model dalam terapi bermain sebagai berikut:
1.
Model
Adlerian, Model ini menggunakan dasar
teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial
perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat hidup secara subyektif
dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk
anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai
gaya hidupnya.
2.
Model Terapi
Client-Centered, Teori yang mendasari
adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi internal yang dimiliki
anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi bermain dengan
pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak secara
tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian
antara kejadian hidup dengan dirinya.
3.
Model
Kognitif-Behavioral, Model ini
berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang
dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan
dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional
yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4.
Model
Ekosistemik, Dasar yang digunakan
adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan bahwa berada dalam
interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.
5.
Model Eksistensialisme,
Memiliki pandangan bahwa anak-anak
adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri
sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini menangani anak-anak yang
mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya yang melemahkan
pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan
teman-temannya.
6.
Model Gestalt,
Model Gestalt melihat manusia secara
total, dilahirkan dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang
mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak yang mencoba untuk memenuhi
kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka baik
secara fisik maupun psikologis.
7.
Model Jungian,
Didasarkan pada teori analitik Jung,
yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego, ketidaksadaran diri, dan
ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah bawaan. Pendekatan ini
biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis,
ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
8.
Model
Psikoanalitik, Pendekatan ini
menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar filosofi
tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha
berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang
mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan
agresivitas.
Terap bermain mempunyai akar dalam model
psikoanalisis tradisional. Pioner-pioner awal seperti Melanie Klein dan Anna
Freud menginterpretasikan bermain sebagai simbol dari konflik anak.
Teknik Terapi Bermain
Zellawati menjelaskan
teknik terapi bermain sebagai berikut:
1. Permainan boneka
Boneka memberikan suatu cara yang tidak
mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama
bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
a. Mengidentifikasikan
diri dengan boneka
b. Memproyeksikan
perasaan sendiri dalam figur permainan
c. Memindahkan
konfliknya dalam figur permainan
Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang
:
a. Pandangan
pikiran anak
b. Perasaan
anak
c. Tingkah
laku anak
Boneka dalam terapi bermain meliputi ;
a. Boneka
bayi yang berukuran seperti bayi
b. Boneka
yang secara anatomi benar, baik laki-laki maupun perempuan
c. Keluarga
boneka
d. Binatang
dari kain
e. Boneka
manusia dari berbagai ras dan sukubangsa (Jawa, Batak,Papua, America, africa
dll)
f. Perlengkapan
boneka seperti rumah, baju, tempat tidur dll
2. Permainan boneka wayang
Gerakan wayang atau boneka memungkinkan
anak menceritakan ceritera-ceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk
menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :
a. Melalu
gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk
mereka akui sebagai diri sendiri.
b. Dengan
menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta
mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam
kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
c. Anak-anak
juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan
dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat
digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam
lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling
menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan
sosial.
3. Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita
merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil
lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu
karena anak kecil cenderung egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat
pada dirinya. Mula-mula anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian
seiring dengan berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih
besar menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan,
kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan. Menceritakan cerita memberikan cara yang
menyenangkan untuk mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak
menceritakan cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang
diri mereka sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan
menguasai perasaan mereka. Dengan mendengarkan cerita anak, terapis dapat
memahami lebih baik pertahanan diri anak, konflik anak, dan dinamika keluarga
anak. Dalam menganalisis cerita anak, terapis harus mencari tema yang diulang
yang dapat memberikan kunci penting tentang perasaan-perasaan dan perjuangan
anak. Terapis harus sangat akrab dan terampil dalam menginterpretasikan
komunikasi simbolik secara wajar. Semua ini tergantung pada keterampilan dan
pertimbangan terapis.
4. Bermain
Bermain selama masa kanak-kanak mempunyai
karakteristik yang berbeda dibandingkan permainan remaja dan orang dewasa.
Permainan anak kecil bersifat spontan dan informal. Secara bertahap bermain
menjadi semakin formal. Dengan berkembangnya kemampuan berpikir anak, anak
mulai mengembangkan permaianan dengan aturan. Permainan individu dan kelompok
membantu anak belajar bagaimana membagi kelompok dan bermain dengan aturan.
Permainan mengajar anak tentang mendisiplin diri, serta belajar untuk menang
dan kalah. Permainan yang diterapkan untuk terapi bermain dapat dimainkan
sendiri maupun berkelompok.
5. Bermain pasir
Anak-anak suka bermain pasir. Dengan
adanya terapi bermain menggunakan pasir anak-anak diberikan kegembiraan, rileks
dan merupakan medium terapeutik. Selama di dalam kamar bermain anak bebas
bermain dalam pasir dan banyak menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang
diinginkan. Selama proses bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat,
figur apa yang akan digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat
adegan, membuat pemandangan atau apa saja sebagai cara melukiskan pengalaman di
mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata. Dengan mengobservasi
anak saat bermain pasir, terapis mendapat informasi tentang pikiran, perasaan
dan tingkah laku anak. Permainan pasir juga sering menyangkut simbol-simbol
yang mempunyai arti khusus.
Sumber :
Gunarsa, Y. S. D. (2002). Asas-asas psikologi keluarga idaman.
Jakarta: Gunung Mulia.
Razhiyah, K. A. (2008). Apa itu autisme?. Kuala Lumpur: PTS
Professional Publishing.
Seminum, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta:
Kanisius.
Tedjasaputra, M.S. (2008). Bermain, main dan permainan. Jakarta:
Grasindo.
Zellawati, Alice. (2011). Terapi
bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah Ilmiah Informatika. Vol 2 (3).