Jumat, 17 Juni 2016

Contoh Terapi Bermain

Contoh menggunakan terapi bermain dalam kasus anak yang tidak mau sekolah 

Kita dengan anak itu sangat asing, sehingga anak akan merasa canggung kepada kita. Maka kita bisa mengajak anak itu dengan berkata "Mari Bermain" dan kita mengajak dia bermaian. Dengan permainan itu, anak akan merasa nyaman dengan kita dan kita juga harus ramah kepada anak itu. Kita bisa menggunakan permainan binatang-binatang kecil yang terbuat dari plastik dan kita tanya-tanya dia "Kenapa tidak mau sekolah?". Mungkin dia tidak bisa menjawab. Maka saya akan katakan "Pilihlah binatang yang kamu sukai, yang paling menyerupai dirimu yang mana? Yang paling menyerupai gurumu yang mana?" Dia memilih sendiri, bukan menyerupai mukanya tapi karakternya. Dan saya ingat anak itu memilih kingkong. Dan kemudian kita tanya-tanya kepada anak itu "Mengapa kamu memilih binatang itu?" maka si anak akan lebih mudah untuk menjelaskan kepada kita. Jadi dengan permainan sepertinya kita mengalihkan perhatian dia. Dan setelah saya mengetahui permasalahan anak lewat permainan itu, kemudian saya memberitahu kepada orang tua apa yang sedang terjadi kepada anaknya.

Bentuk-bentuk dari terapi bermain ini bermacam-macam dan sederhana sekali, juga tidak memerlukan biaya yang mahal namun memerlukan kreativitas. Tapi kita bukan menggunakan video games sebagai permainan tapi menggunakan alat-alat yang nantinya akan menghasilkan sesuatu. Dan dari hasil itu, kita tidak melihat nilai seninya namun kita melihat hasil dari apa yang dibuatnya dan biasanya hasil itu menunjukkan dirinya atau perasaannya.

Alat-alat permainan yang biasa digunakan antara lain boneka ("puppet"), menggambar, binatang-binatang kecil dari plastik, pedang-pedangan dari plastik, kartu forty-one, pasir, malam atau pledo, dan lain-lain. Dalam melakukan terapi bermain ini kita membutuhkan waktu + 30 menit

Tugas IV : Terapi Kelompok "Bermain"

TERAPI BERMAIN


Terapi bermain digunakan sebagai psikoterapi untuk membantu mereka yang mengalami masalah trauma, keresahan dan masalah mental. Terapi bermain adalah suatu cara kanak-kanak meluahkan perasaan mereka dan mencari mekanisme yang dapat membantunya. Terapi bermain dapat membantu anak-anak belajar berkognisi dan mewujudkan interaksi antara satu sama lain. jika terapi ini dijalankan dengan cara yang sistematik, ia dapat membantu anak-anak menerka perasaan mereka, persekitaran dan hubungan mereka dengan lingkungan sosialnya. Terapi bermain memberikan dampak yang besar pada diri anak-anak karena ia memberi peluang pada anak-anak untuk melibatkan diri dalam aktivitas yang tidak memberikan tekanan mental pada mereka. (Razhiyah, K. A., 2008)
Untuk melakukan terapi bermain ini diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus dari ahli yang bersangkutan dan tidak boleh dilakukan dengan sembarangan.
Berikut adalah beberapa contoh kasus anak bermasalah yang memerlukan terapi :
·         Anak yang agresif, suka menyerang orang lain. agresivitas muncul  karena gangguan emosionil yang di derita anak. Mungkin anak dilakukan terlalu keras oleh orangtuanya sehingga merasa marah dan memberontak
·         Anak yang mempunyai kebiasaan mencabut rambutnya sampai botak sebagian atau seluruhnya; menggigit kuku sampai luka-luka; menahan buang air besar, mengompol walaupun usianya sudah 3 tahun keatas; cemas atau phobia sekolah yang bisa ditandai dengan munculnya gangguan kebutuhan seperti mual, sakit perut, muntah-muntah menjelang pergi ke sekolah.
·         Anak yang sulit bergaul; kurang percaya diri secara berlebihan sehingga menghambat perkembangannya; anak yang tidak mau berbicara dengan orang lain selain anggota keluarga yang terdekat (selective mutism). (Tedjasaputra, 2008)

Kegunaan Terapi Bermain

Kegiatan-kegiatan bermain bebas menyebabkan anak melepaskan tegangan-tegangan emosi dalam situasi yang dikontrol. Bermain dengan boneka sangat berguna untuk memahami hubungan-hubungan yang dinamik dalam keluarga sebagaimana dialami anak, dan seringkali memungkinkan anak mengungkapkan agresi-agresi yang tidak disadari. Bermain dengan bahan-bahan yang menimbulkan kreasi, seperti tanah liat, sangat berguna dalam diagnosis dan juga dalam melepaskan tegangan yang dialami anak. Bahan-bahan yang membangkitkan kreasi juga digunakan pada orang-orang dewasa. (Seminum, 2006)

Macam-macam Bermain :

Hurlock (dalam Tedjasaputra, 2008) menggolongkan kegiatan bermain menjadi dua macam, yaitu bermain aktif dan bermain pasif, berikut adalah penjelasannya:
1.      Bermain Aktif
Kegiatan bermain aktif adalah kegiatan yang memberikan kesenangan dan kepuasan kepada anak melalui aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Kegiatan bermain juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.
2.      Bermain Pasif
Perasaan senang anak diperoleh dari kegiatan orang lain. anak merasa senang dan terhibur saat melihat permainan. Anak senang melihat anak lain bermain, atau menonton TV. Anak hanya mengeluarkan sedikit energi namun sudah memperoleh perasaan senang sama seperti mengeluarkan banyak energi dalam bermain bola. (Gunarsa,2002)

Para ahli cenderung membagi 5 macam bentuk bermain sesuai perbedaan sumber dan tujuannya (Gunarsa,2002), yaitu:
1.      Exploratory Play
Jenis bermain yang dimotivasikan oleh ketidakpastian mengenai objek dan peristiwa dalam lingkungan.
a.       Pada tingkat bermain praktis, anak mulai bermain menyelidik apabila ada objek baru yang menarik perhatian anak.
b.      Pada tingkat dewasa, perilaku menyelidik timbul apabila ada objek baru atau objek yang kompleks, misalnya puzzle kata-kata silang. Tujuan permainan menyelidik adalah pengetahuan dan informasi. Emosi selama kejadian tersebut merupakan perasaan senang.
2.      Creative Play
Bentuk permainan ini lebih kompleks daripada permainan eksplorasi dan membutuhkan kemampuan simbolisasi serta pengenalan ciri-ciri umum dan fisik dari rangsangan. Tujuan perbuatan atau perilaku ini adalah upaya mendapatkan informasi dan pengetahuan, kemudian dipindahkan ke kesenangan untuk dirinya sendiri.
3.      Beraneka Ragam Permainan
Apabila timbul kebosanan, maka terjadilah permainan, tanpa interaksi khusus dengan lingkungan. Terbentuklah berbagai macam gerakan tanpa tujuan nyata, perubahan beraneka ragam kegiatan. Hal ini terjadi pada setiap umur, mulai dari gerakan menampilkan kegelisahan sampai ke gerakan memutar tombol TV, mengganti saluran TV, dan perilaku bermain lainnya.
4.      Permainan Melawak
Permainan ini dapat merupakan pengulangan-pengulangan, berbentuk dan mempergunakan symbol-simbol. Tujuan permainan ini berada di luar tugas. Tujuannya adalah agar memperoleh keahlian dan kecakapan tertentu.
5.      Cathartic Play

Permainan ini menyalurkan segala daya upaya secara bebas dan melepaskan tekanan-tekanan yang ada pada remaja, misalnya stress. Naik anak kecil, anak sekolah, maupun remaja dapat melepaskan ketegangan melalui bermain, yang biasanya dikenal dengan terminology catharsis. Permainan dapat berbentuk apapun yang mempunyai efek terapeutik dan mengurangi ketegangan.

Macam-macam Pendekatan Terapi Bermain

LaBauve, dkk (dalam Zellawati, 2011) menyebutkan macam-macam model dalam terapi bermain sebagai berikut:
1.      Model Adlerian, Model ini menggunakan dasar teori Psikologi Individual Adler, dengan dasar filosofi yaitu kehidupan sosial perlu untuk dimiliki, perilaku adalah tujuannya, melihat hidup secara subyektif dan hidup adalah sesuatu yang khusus dan kreatif. Model ini digunakan untuk anak dengan kegagalan dalam berinteraksi sosial dan salah dalam mempercayai gaya hidupnya.
2.      Model Terapi Client-Centered, Teori yang mendasari adalah teori Rogers, yang berpandangan bahwa motivasi internal yang dimiliki anak-anak mendorong pertumbuhan dan aktualisasi diri. Terapi bermain dengan pendekatan Client Centered Non Directive (terapi yang berpusat pada anak secara tidak langsung), ini sesuai untuk anak-anak yang mengalami ketidaksesuaian antara kejadian hidup dengan dirinya.
3.      Model Kognitif-Behavioral, Model ini berpandangan bahwa anak memiliki pikiran dan perasaan yang sama seperti orang dewasa yaitu ditentukan melalui bagaimana anak berfikir tentang diri dan dunianya. Model ini digunakan untuk menangani anak dengan kepercayaan irrasional yang membawanya keluar dari perilaku maladaptif.
4.      Model Ekosistemik, Dasar yang digunakan adalah teori dari terapi realitas, yang mempunyai pandangan bahwa berada dalam interaksi terhadap lingkungan dapat mempengaruhi perkembangan.
5.      Model Eksistensialisme, Memiliki pandangan bahwa anak-anak adalah manusia berguna, unik, ekspresi diri dan pertolongan terhadap diri sendiri mendorong aktualisasi diri. Pendekatan ini menangani anak-anak yang mengalami kesulitan untuk berkembang sesuai dengan keunikannya yang melemahkan pertumbuhandirinya sehingga mengalami penolakan dalam menjalin hubungan dengan teman-temannya.
6.      Model Gestalt, Model Gestalt melihat manusia secara total, dilahirkan dengan fungsi utuh. Pendekatan ini untuk terapi anak yang mengalami kesulitan bertumbuh secara alami, anak yang mencoba untuk memenuhi kebutuhan dengan cara yang tidak biasa, dan memiliki pengalaman luka baik secara fisik maupun psikologis.
7.      Model Jungian, Didasarkan pada teori analitik Jung, yang melihat bahwa psikis terdiri dari ego, ketidaksadaran diri, dan ketidaksadaran kolektif, kekuatan menyembuhkan adalah bawaan. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk membantu anak yang mengalami ketidakseimbangan psikis, ego tidak dapat menjebatani antara dunia luar dan dalam dirinya.
8.      Model Psikoanalitik, Pendekatan ini menggunakan teori psikoanalisa tradisional, yang memiliki dasar filosofi tentang anak yaitu anak memiliki rasa takut, memerlukan rasa aman, berusaha berhubungan dengan tuntutan lingkungan. Pendekatan ini sesuai untuk anak yang mengalami konflik internal, kekawatiran, represi, hambatan perkembangan, dan agresivitas.
Terap bermain mempunyai akar dalam model psikoanalisis tradisional. Pioner-pioner awal seperti Melanie Klein dan Anna Freud menginterpretasikan bermain sebagai simbol dari konflik anak.

Teknik Terapi Bermain

Zellawati menjelaskan teknik terapi bermain sebagai berikut:
1.      Permainan boneka
Boneka memberikan suatu cara yang tidak mengancam untuk anak-anak bermain di luar pikiran dan perasaan mereka. Selama bermain dengan boneka anak-anak melakukan beberapa hal seperti berikut ini :
a.       Mengidentifikasikan diri dengan boneka
b.      Memproyeksikan perasaan sendiri dalam figur permainan
c.       Memindahkan konfliknya dalam figur permainan
Dalam permainan boneka, terapis mendapatkan informasi tentang :
a.       Pandangan pikiran anak
b.      Perasaan anak
c.       Tingkah laku anak
Boneka dalam terapi bermain meliputi ;
a.       Boneka bayi yang berukuran seperti bayi
b.      Boneka yang secara anatomi benar, baik laki-laki maupun perempuan
c.       Keluarga boneka
d.      Binatang dari kain
e.       Boneka manusia dari berbagai ras dan sukubangsa (Jawa, Batak,Papua, America, africa dll)
f.       Perlengkapan boneka seperti rumah, baju, tempat tidur dll
2.      Permainan boneka wayang
Gerakan wayang atau boneka memungkinkan anak menceritakan ceritera-ceritera yang kaya dalam bentuk simbol dan untuk menciptakan fantasi-fantasi mereka. Manfaat permainan boneka wayang :
a.       Melalu gerakan boneka, anak dapat menghadapi pikiran dan perasaan yang sulit untuk mereka akui sebagai diri sendiri.
b.      Dengan menggunakan boneka, anak dapat menciptakan orang lain dan berinteraksi serta mengungkapkan pikiran dan perasaannya sekaligus kemarahannya yang dalam kehidupan nyata tidak bisa dilakukannya.
c.       Anak-anak juga dapat menciptakan tokoh yang tidak bisa diungkapkannya sendiri Permainan dengan boneka dapat merupakan kegiatan kelompok yang menarik dan dapat digunakan dengan kelompok anak-anak yang kebih besar atau kecil, terutama dalam lingkungan sekolah. Dengan bermain boneka dalam kelompok, membuat anak saling menghargai sudut pandang orang lain, dapat memecahkan masalah dan keterampilan sosial.
3.      Bercerita
Secara psikologis membaca atau bercerita merupakan salah satu bentuk bermain yang paling sehat. Kebanyakan anak kecil lebih menyukai cerita tentang orang dan hewan yang dikenalnya. Selain itu karena anak kecil cenderung egosentrik mereka memyukai ceritera yang berpusat pada dirinya. Mula-mula anak-anak suka cerita imajinatif yang khayal kemudian seiring dengan berkembangnya kecerdasan dan pengalaman sekolah anak yang lebih besar menjadi realistik, dan minatnya pun beralih ke cerita petualangan, kekerasan, kemewahan dan cinta serta pendidikan.  Menceritakan cerita memberikan cara yang menyenangkan untuk mengembangkan rapport dan belajar tentang anak. Ketika anak menceritakan cerita mereka, mereka mengkomunikasikan informasi penting tentang diri mereka sendiri dan keluarga mereka sambil belajar mengekspresikan dan menguasai perasaan mereka. Dengan mendengarkan cerita anak, terapis dapat memahami lebih baik pertahanan diri anak, konflik anak, dan dinamika keluarga anak. Dalam menganalisis cerita anak, terapis harus mencari tema yang diulang yang dapat memberikan kunci penting tentang perasaan-perasaan dan perjuangan anak. Terapis harus sangat akrab dan terampil dalam menginterpretasikan komunikasi simbolik secara wajar. Semua ini tergantung pada keterampilan dan pertimbangan terapis.

4.      Bermain
Bermain selama masa kanak-kanak mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan permainan remaja dan orang dewasa. Permainan anak kecil bersifat spontan dan informal. Secara bertahap bermain menjadi semakin formal. Dengan berkembangnya kemampuan berpikir anak, anak mulai mengembangkan permaianan dengan aturan. Permainan individu dan kelompok membantu anak belajar bagaimana membagi kelompok dan bermain dengan aturan. Permainan mengajar anak tentang mendisiplin diri, serta belajar untuk menang dan kalah. Permainan yang diterapkan untuk terapi bermain dapat dimainkan sendiri maupun berkelompok.

5.      Bermain pasir

Anak-anak suka bermain pasir. Dengan adanya terapi bermain menggunakan pasir anak-anak diberikan kegembiraan, rileks dan merupakan medium terapeutik. Selama di dalam kamar bermain anak bebas bermain dalam pasir dan banyak menggunakan miniatur yang tersedia seperti yang diinginkan. Selama proses bermain pasir, anak memutuskan apa yang akan dibuat, figur apa yang akan digunakan, dan bagaimana menggunakannya. Anak bebas membuat adegan, membuat pemandangan atau apa saja sebagai cara melukiskan pengalaman di mana mereka tidak dapat menceritakan dengan kata-kata. Dengan mengobservasi anak saat bermain pasir, terapis mendapat informasi tentang pikiran, perasaan dan tingkah laku anak. Permainan pasir juga sering menyangkut simbol-simbol yang mempunyai arti khusus.

Sumber :
Gunarsa, Y. S. D. (2002). Asas-asas psikologi keluarga idaman. Jakarta: Gunung Mulia.
Razhiyah, K. A. (2008). Apa itu autisme?. Kuala Lumpur: PTS Professional Publishing.
Seminum, Yustinus. (2006). Kesehatan mental 3. Yogyakarta: Kanisius.
Tedjasaputra, M.S. (2008). Bermain, main dan permainan. Jakarta: Grasindo.
Zellawati, Alice. (2011). Terapi bermain untuk mengatasi permasalahan pada anak. Majalah Ilmiah Informatika. Vol 2 (3).