Nama : Natalia Indah Briliani
Kelas : 3PA14
NPM : 16513343
Psikoterapi
Pengertian
Psikoterapi
Psikoterapi merupakan salah satu
keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang psikiater. Psikoterapi adalah
kata yang meliputi setiap jenis terapi untuk pikiran, bukan untuk bagian tubuh
yang lain. Tetapi, ketika sebagian orang mengucapkan kata itu, biasaya yang mereka maksud adallah
terapi yang digunakan oleh para psikiatris dan psikolog, bukan hal-hal yang
lebih bersifat alternatif seperti misalnya terapi tertawa atau terapi musik.
Tujuan
Psikoterapi
Menurut
Ivey (dalam Gunarsa) tahun 1987 mengatakan
Tujuan psikoterapi adalah membuat sesuatu yang tidak saadar menjadi
suatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakuka terhadap kejadian-kejadian
yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang
lama. Di sisi lain Corey (dalam Gunarsa) tahun 1991, menjelaskan tujuan
psikoterapi dengan pendekatan analisis adalah untuk membantu klien dalam
menghidupkan kebali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui
konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. Sedangkan menurut
Guze, Richeimer dan Siegel (1997) menyebutkan psikoterapi sebagai berikut:
1. Perawatan
akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
2. Rehabilitasi
(memperbaiki gangguan perilaku berat)
3. Pemeliharaan
(pencegahan keadaan memburuk jangka panjang)
4. Restrukturisasi
eningkatkan perubahan yang terus-menerus
pada klien)
Unsur-unsur
Psikoterapi
Menurut Masserman (dalam Guze,
Richeimer dan Siegel) ada tujuh “parameter pengaruh” yang mencakup
unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
- Peran sosial (martabat) psikoterapis
- Hubungan (persekutuan terapeutik)
- Hak
- Retrospreksi
- Re-edukasi
- Rehabilitasi
- Resosialisasi dan rekapitulasi
Unsur-unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk
masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi.
Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Brammer & Shostrom (dalam)
mengemukakan bahwa konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, voational, supportive,
situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan short-term”.
Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive
[dalam keadaan krisis], reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on
the past, neurotics and other severe emotional problems and long term”.
Di sisi lain
Pallone dan Patterson (dalam Gunarsa) membedaka Konseling dan Psikoterapi sbb:
Konseling untuk
|
Psikoterapi untuk
|
1.
Klien
|
1.
Pasien
|
2.
Gangguan yang kurang serius
|
2. Gangguan yang serius
|
3.
Masalah: jabatan, pendidikan
|
3. Masalah kepribadian & pengambilan keputusan
|
4.
Berhubungan dengan pencegahan
|
4. Berhubungan dengan penyembuhan
|
5.
Lingkungan pendidikan dan nonmedis
|
5. Lingkungan medis
|
6.
Berhubungan dengan kesadaran
|
6. Berhubungan dengan ketidak sadaran
|
7.
Metode pendidikan
|
7. Metode penyembuhan
|
Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illness
Pendekatan psikoterapi
terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
1.
Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan
zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih
manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan
karena kurangnya insulin.
2.
Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk,
sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis
perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang
ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial,
ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan
sepanjang hidup individu.
3.
Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari
gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan
pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi
sosio-budaya tertentu.
4.
Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri
seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar
falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien,
sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
Psikoanalisis
Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
Dalam hubungan terapeutik, Sigmund Freud mengamati bahwa kata-kata yang
diucapkan oleh bayak pasiennya tidak logis, orientasinya mengenai waktu dan
tempat tidak tepat, serta ”tidak sebagaimana mestinya”. Jelas bagi Freu bahwa
isi pikiran tidak mungkin berasal dari kesadaran, tetapi harus berasal dari
tingkat-tingkat mental dibawah alam sadar. Ia menyimpulkan bahwa ada tiga macam
kegiatan mental: ketidaksadaran (alam tak sadar), keprasadaran (alam prasadar),
dan kesadaran (alam sadar). Dalam psikologi Freud, tiga tingkat kehidupan
mental digunakan untuk menunjukkan baik proses maupun tempat. Adanya tempat itu
hanya merupakan gagasan hipotesis dan dalam kenyataan tidak ada dalam tubuh.
Ketidaksadaran berupa
sikap-sikap, perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak
dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik – kalau dapat –
ke alam sadar, tidak terikat oleh huku-hukum logika dan tidak dibatasi oleh
waktu dan tempat. Isi dari ketidaksadaran ini mengontrol pikiran dan perbuatan
sadar individu. Dari pandangan ini, psikologi yang membatasi diri pada analisis
kesadaran sama sekali tidak cocok untuk memahami motif-motif yang mendasari
tingkah laku manusia.
Unsur-unsur Terapi Psikoanalisis
1.
Muncul Gangguan
Psikoterapi berupaya untuk memunculkan penyebab
masalah atau gangguan itu muncul melalui intervensi yang ditinjau dari
lingkungan, kepribadian, faktor ekonomi, afeksi, komunikasi interpesonal dan
lain sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal penyebab gangguan itu muncul klien
dapat memperkuat diri agar terhindar dari resiko yang tinggi dengan modifikasi
interaksi terhdap lingkungannya.
2.
Tujuan Terapi
Membentuk
kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak
disadari didalam diri klien Focus pada upaya mengalami kembali
pengalaman masa anak-anak.
3.
Peran Terapi
·
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam
melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
·
Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak
mendengar dan menafsirkan
·
Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
·
Mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien
Teknik-teknik Terapi Psikoanalisis
1. Asosiasi Bebas
Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Disini klien
diminta melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama
segala perasaan dan pikirannya. Klien diminta untuk mengatakan segala sesuatu
yang muncul dalam kesadarannya, seperti pikiran, harapan, dan lain-lain,
walaupun kelihatannya hal-hal tersebut tidak penting, tidak logis, menyakitkan,
ataupun menggelikan. Freud memikirkan bahwa asosiasi bebas ini ditentukan oleh
suatu sebab, bukan hal yang acak. Tugas analislah untuk melacak asosiasi ini
sampai kesumbernya dan mengidentifikasi suatu pola sebenarnya yang tadinya hanya
terlihat sebagai rangkaian kata yang tidak pasti. Terlepasnya emosi yang kuat,
yang selama ini ditekan pada situasi terapeutik inipun kemudian disebut sebagai
katarsis.
2. Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam meganalisis asosiasi bebas,
mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan tranferensi-transferensi. Prosedurnnya
terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan
mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh
mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan
terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk
mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat penyingkapan bahan tak sadar
lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analisis menyebabkan pemahaman dan tidak
terhalangi bahan tak sadar pada pihak klien.
3. Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan
yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area
masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan
mengistimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat,
kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan.
4. Analisis dan
penafsiran resistensi
Resistensi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam praktek
psikoanalitik adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah
klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Sebagai pertahanan terhadap
kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan
menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh
pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran klien.
5. Analisis dan
penafsiran transferensi
Sama hal nya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi
psikoanalitik. Analisis transferensi yang utama dalam psikoanalisis, sebab
mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi.
Transference adalah saat pasien mengembangkan reaksi emosional keterapis. Hal
ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang
dimasa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference
apabila perasaan itu adalah perasaan saying atau kekaguman, serta negative
transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan kecemburuan.
Sumber
:
1. Setyonegoro,
Kusuanto. (2011). Memanusiakan manusia menata jiwa membangun bangsa. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
2. Morgan,
Nicola. (2014). Pandua mengatasi stres bagi remaja. Jakarta: Gemilang
3. Gunarsa,
G., Singgih. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
4. Guze,
Barry., Richeimer, Steven., dan Siegel, J, Daniel. (1997). Buku saku psikiatri.
Jakarta: EGC
5. Semiun,
Yustinus. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta:
Kanisius
6. Freud,S.(2006), Teori Kepribadian Dan
Terapi Psikoanalitik Freud.Yogyakarta: Kanisius.