Selasa, 22 Maret 2016

Cotoh Kasus Terapi Psikoanalisa Menggunakan Teknik Asosiasi bebas


     Klien seorang perempuan, 26 tahun dengan gangguan skizofrenia paranoid dan diterapi menggunakan pendekatan psikoanalisis dan teknik yang digunakan adalah teknik asosiasi bebas.
Pada sesi I ini terapis dan klien membangun komunikasi yang nyaman dan membangun kepercayaan. Setelah terbentuknya rasa kepercayaan dan dukungan yang lebih besar, terapis mulai mendorong klien untuk mengkaji berbagai hubungan Interpersonalnya. Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat itu tanpa ada hal-hal yang disensor (moment catarsis). Dan terapis membantu klien untuk menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan. Setelah itu terapis membantu dan membimbing klien untuk bisa insigth. Setelah itu terus menerus menginterpretasikan dan mengidentifikasikan masalah klien. Kemudian berusaha mengajak klien merealisasikan hal-hal yang didapat dari insigth.


     Pada sesi II yaitu teknik asosiasi bebas. Pada sesi ini Klien diminta untuk mengungkapkan apa saja (pikiran dan perasaan) yang terlintas dalam pikirannya saat ini tanpa ada hal yang disensor (katarsis). Terapi membantu klien menganalisa mengenai hal-hal yang dikatarsiskan, kemudian terapis membimbing klien untuk insight, dengan terus-menerus menginterpretasi dan mengidentifikasi masalah klien dan mkemudian mengajak klien merealisasikan hal yang didapatkan dari insight.

Psikoterapi dan Terapi Psikoanalisis

Nama : Natalia Indah Briliani
Kelas  : 3PA14
NPM  : 16513343

Psikoterapi
Pengertian Psikoterapi
            Psikoterapi merupakan salah satu keterampilan dasar yang perlu dimiliki oleh seorang psikiater. Psikoterapi adalah kata yang meliputi setiap jenis terapi untuk pikiran, bukan untuk bagian tubuh yang lain. Tetapi, ketika sebagian orang mengucapkan  kata itu, biasaya yang mereka maksud adallah terapi yang digunakan oleh para psikiatris dan psikolog, bukan hal-hal yang lebih bersifat alternatif seperti misalnya terapi tertawa atau terapi musik.

Tujuan Psikoterapi
Menurut Ivey (dalam Gunarsa) tahun 1987 mengatakan  Tujuan psikoterapi adalah membuat sesuatu yang tidak saadar menjadi suatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakuka terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama. Di sisi lain Corey (dalam Gunarsa) tahun 1991, menjelaskan tujuan psikoterapi dengan pendekatan analisis adalah untuk membantu klien dalam menghidupkan kebali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual. Sedangkan menurut Guze, Richeimer dan Siegel (1997) menyebutkan psikoterapi sebagai berikut:
1.      Perawatan akut (intervensi krisis dan stabilisasi)
2.      Rehabilitasi (memperbaiki gangguan perilaku berat)
3.      Pemeliharaan (pencegahan keadaan memburuk jangka panjang)
4.      Restrukturisasi  eningkatkan perubahan yang terus-menerus pada klien)

Unsur-unsur Psikoterapi
Menurut Masserman (dalam Guze, Richeimer dan Siegel) ada tujuh “parameter pengaruh” yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
  1. Peran sosial (martabat) psikoterapis
  2. Hubungan (persekutuan terapeutik)
  3. Hak
  4. Retrospreksi
  5. Re-edukasi
  6. Rehabilitasi
  7. Resosialisasi dan rekapitulasi
Unsur-unsur psikoterapeutik dapat dipilih untuk masing-masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi.

Perbedaan antara Psikoterapi dan Konseling
Brammer & Shostrom (dalam) mengemukakan bahwa konseling ditandai oleh adanya terminologi seperti: “educational, voational, supportive, situational, problem solving, conscious awareness, normal, present-time dan  short-term”. Sedangkan psikoterapi ditandai oleh: “supportive [dalam keadaan krisis], reconstructive, depth emphasis, analytical, focus on the past, neurotics and other severe emotional problems and long term”.
Di sisi lain Pallone dan Patterson (dalam Gunarsa) membedaka Konseling dan Psikoterapi sbb:
Konseling untuk
Psikoterapi untuk
1.      Klien
1.      Pasien
2.      Gangguan yang kurang serius
2. Gangguan yang serius
3.      Masalah: jabatan, pendidikan
3. Masalah kepribadian & pengambilan        keputusan
4.      Berhubungan dengan pencegahan
4. Berhubungan dengan penyembuhan
5.      Lingkungan pendidikan dan nonmedis
5. Lingkungan medis
6.      Berhubungan dengan kesadaran
6. Berhubungan dengan ketidak sadaran
7.      Metode pendidikan
7. Metode penyembuhan


Pendekatan Psikoterapi Terhadap Mental Illness
Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
1.      Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
2.      Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
3.      Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
4.      Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

Psikoanalisis

Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian

Dalam hubungan terapeutik, Sigmund Freud mengamati bahwa kata-kata yang diucapkan oleh bayak pasiennya tidak logis, orientasinya mengenai waktu dan tempat tidak tepat, serta ”tidak sebagaimana mestinya”. Jelas bagi Freu bahwa isi pikiran tidak mungkin berasal dari kesadaran, tetapi harus berasal dari tingkat-tingkat mental dibawah alam sadar. Ia menyimpulkan bahwa ada tiga macam kegiatan mental: ketidaksadaran (alam tak sadar), keprasadaran (alam prasadar), dan kesadaran (alam sadar). Dalam psikologi Freud, tiga tingkat kehidupan mental digunakan untuk menunjukkan baik proses maupun tempat. Adanya tempat itu hanya merupakan gagasan hipotesis dan dalam kenyataan tidak ada dalam tubuh.
            Ketidaksadaran berupa sikap-sikap, perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran yang ditekan, serta tidak dapat dikontrol oleh kemauan, hanya dengan susah payah ditarik – kalau dapat – ke alam sadar, tidak terikat oleh huku-hukum logika dan tidak dibatasi oleh waktu dan tempat. Isi dari ketidaksadaran ini mengontrol pikiran dan perbuatan sadar individu. Dari pandangan ini, psikologi yang membatasi diri pada analisis kesadaran sama sekali tidak cocok untuk memahami motif-motif yang mendasari tingkah laku manusia.

Unsur-unsur Terapi Psikoanalisis
1.      Muncul Gangguan
Psikoterapi berupaya untuk memunculkan penyebab masalah atau gangguan itu muncul melalui intervensi yang ditinjau dari lingkungan, kepribadian, faktor ekonomi, afeksi, komunikasi interpesonal dan lain sebagainya. Dengan usaha lebih mengenal penyebab gangguan itu muncul klien dapat memperkuat diri agar terhindar dari resiko yang tinggi dengan modifikasi interaksi terhdap lingkungannya.
2.      Tujuan Terapi
Membentuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien   Focus pada upaya mengalami kembali pengalaman masa anak-anak.
3.      Peran Terapi
·         Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis
·         Membangun hubungan kerja dengan klien, dengan banyak mendengar dan menafsirkan
·         Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan klien
·         Mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien

Teknik-teknik Terapi Psikoanalisis

1. Asosiasi Bebas

Teknik utama terapi psikoanalitik adalah asosiasi bebas. Disini klien diminta melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Klien diminta untuk mengatakan segala sesuatu yang muncul dalam kesadarannya, seperti pikiran, harapan, dan lain-lain, walaupun kelihatannya hal-hal tersebut tidak penting, tidak logis, menyakitkan, ataupun menggelikan. Freud memikirkan bahwa asosiasi bebas ini ditentukan oleh suatu sebab, bukan hal yang acak. Tugas analislah untuk melacak asosiasi ini sampai kesumbernya dan mengidentifikasi suatu pola sebenarnya yang tadinya hanya terlihat sebagai rangkaian kata yang tidak pasti. Terlepasnya emosi yang kuat, yang selama ini ditekan pada situasi terapeutik inipun kemudian disebut sebagai katarsis.

2. Penafsiran
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam meganalisis asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi dan tranferensi-transferensi. Prosedurnnya terdiri atas tindakan-tindakan analisis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkah laku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi-resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri. Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut. Penafsiran-penafsiran analisis menyebabkan pemahaman dan tidak terhalangi bahan tak sadar pada pihak klien.

3. Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Freud memandang mimpi-mimpi sebagai “jalan mengistimewa menuju ketaksadaran”, sebab melalui mimpi-mimpi itu hasrat-hasrat, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan yang tak disadari, diungkapkan.

4. Analisis dan penafsiran resistensi
Resistensi merupakan sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalitik adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalitik dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketaksadaran klien.

5. Analisis dan penafsiran transferensi
Sama hal nya dengan resistensi, transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Analisis transferensi yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Transference adalah saat pasien mengembangkan reaksi emosional keterapis. Hal ini bisa saja dikarenakan pasien mengidentifikasi terapis sebagai seseorang dimasa lalunya, misalnya orang tua atau kekasih. Disebut positive transference apabila perasaan itu adalah perasaan saying atau kekaguman, serta negative transference apabila perasaan ini mengandung permusuhan dan kecemburuan.




Sumber :
1.      Setyonegoro, Kusuanto. (2011). Memanusiakan manusia menata jiwa membangun bangsa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
2.      Morgan, Nicola. (2014). Pandua mengatasi stres bagi remaja. Jakarta: Gemilang
3.      Gunarsa, G., Singgih. (2007). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
4.      Guze, Barry., Richeimer, Steven., dan Siegel, J, Daniel. (1997). Buku saku psikiatri. Jakarta: EGC
5.      Semiun, Yustinus. (2006). Teori kepribadian dan terapi psikoanalitik freud. Yogyakarta: Kanisius
6.      Freud,S.(2006), Teori Kepribadian Dan Terapi Psikoanalitik Freud.Yogyakarta: Kanisius.